Kepala Dinsos Kurang Peduli, Pengelola Panti Sering Menalangi

Prov. Lampung|KBNINews|Memprihatinkan. Tata kelola keuangan dan penggunaan anggaran di Dinas Sosial Provinsi Lampung layak disebut jauh dari profesional. Betapa tidak. Hanya untuk kegiatan makan minum penghuni panti sosial saja, seringkali pegawai yang ditugaskan sebagai pengelola –UPTD- harus menalangi dengan uang pribadi.

Mengapa bisa demikian? Tidak lain karena kurang peduli dan leletnya pimpinan Dinas Sosial Provinsi Lampung dalam penyesuaian atau pengajuan anggaran untuk pengadaan kebutuhan makan minum penghuni panti sosial yang menjadi tanggungjawabnya. 

Benarkah selama ini petinggi Dinsos Lampung kurang peduli terhadap kebutuhan penghuni panti sosial yang menjadi tanggungjawabnya? Begitulah jika ditelaah dari data yang tertera dalam Register SPP/SPM/SP2D periode 1 Januari – 31 Desember 2023 Dinas Sosial Provinsi Lampung TA 2023.

Ini uraiannya: belanja langsung bahan makanan dan lauk pauk pada UPTD PSLU Tresna Werdha di bulan Januari senilai Rp 65.026.900 dan Februari 2023 sebesar Rp 67.112.650, baru dibayarkan pada bulan Maret 2023. Hal itu sesuai SP2D nomor: 920/00344/SP2D-LS/VI.02/2023 dan SP2D nomor: 920/00345/SP2D-LS/VI.02/2023 tertanggal 17 Maret 2023.

Bukan hanya puluhan penghuni PSLU Tresna Werdha yang berlokasi di Kecamatan Natar, Lampung Selatan, itu saja yang kurang dipedulikan oleh petinggi Dinsos Lampung. Hal yang sama terjadi di PSBR Radin Intan, UPTD Harapan Bangsa, PRSPD Indera Kesuma, PSAA Budi Asih, dan PRSTS Mardi Guna. Bahkan, belanja pengadaan bahan makanan dan lauk pauk untuk bulan Februari baru dibayar pada Bulan April 2023.

Untuk diketahui, biaya belanja bahan makanan dan lauk pauk untuk PSBR Radin Intan pada bulan Februari 2023 sebanyak Rp 27.680.625, Harapan Bangsa sebesar Rp 41.915.525, PRSPD Indera Kesuma Rp 33.571.550, PSAA Budi Asih Rp 41.856.975, dan PRSTS Mardi Guna senilai Rp 20.971.900.

Hal serupa terus berulang setiap bulannya. Seperti kebutuhan belanja bahan makanan dan lauk pauk pada bulan Maret sebanyak Rp 73.384.175 dan April sebesar Rp 70.852.675 di PSLU Tresna Werdha, baru dibayarkan di bulan Mei, tepatnya pada tanggal 31 Mei. 

Untuk belanja bahan makanan dan lauk pauk di bulan Mei sebanyak Rp 74.251.800 dan bulan Juni sebesar Rp 70.009.450 di PSLU Tresna Werdha baru dibayar pada 14 Juli 2023.    

Begitu juga di bulan Juli dan Agustus. Biaya belanja bahan makanan dan lauk pauk bagi penghuni PSLU Tresna Werdha masing-masing sebanyak Rp 69.612.425 dan Rp 67.694.150, baru dibayar pada 18 September 2023, sesuai SP2D nomor: 920/05187/SP2D-LS/VI.02/2023 dan SP2D nomor: 920/05188/SP2D-LS/VI.02/2023.

Sedangkan kebutuhan belanja bahan makanan dan lauk pauk di PSLU Tresna Werdha pada bulan September 2023 sebesar Rp 63.819.450 dan Oktober Rp 67.718.000, baru dibayarkan pada 6 November 2023. Dan untuk bulan November senilai Rp 71.823.800 serta Desember sebanyak Rp 71.444.100 dituntaskan pada 27 Desember 2023.

Bagaimana cara pengelola panti sosial untuk tetap bisa mencukupi kebutuhan makan warga binaannya? Kepala UPTD PSLU Tresna Werdha, Jupriyanto, menjelaskan, selama ini terkait kebutuhan tersebut pihaknya menggandeng pihak ketiga atau rekanan.

“Tentang kebutuhan makan minum penghuni panti sosial disini, kami selama ini bekerjasama dengan pihak ketiga. Jadi, ya merekalah yang menanggulangi semua keperluannya,” kata Kepala UPTD PSLU Tresna Werdha, Jupriyanto, Rabu (20/3/2024) siang, saat ditemui di panti sosial spesialis lanjut usia yang berlokasi di Jln Sutra No: 1490, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, itu.

Menurut pengelola panti sosial yang dikenal ramah ini, meski pembayaran biaya belanja pengadaan makanan dan lauk pauk sering terlambat dikucurkan, namun bisa dibilang kebutuhan warga binaan sebanyak 80 orang, tetap bisa tercukupi.

“Kami bersyukur, pihak ketiga atau rekanan punya tanggungjawab dan kepedulian yang tinggi. Sehingga, kalau pun ada keterlambatan pembayaran, tidak sedikit pun mengurangi jatah makan untuk penghuni,” tutur Jupriyanto, seraya menjelaskan, dalam satu hari penghuni PSLU Tresna Werdha yang terdiri dari 41 laki-laki dan 39 perempuan, makan sebanyak tiga kali, dengan lauk pauk yang beragam, mulai daging, telur, dan pastinya sayur-mayur.

Bagaimana bila terjadi hal-hal yang mendesak? “Kalau terjadi hal-hal yang urgent, ya kami sebagai pengelola dan penanggungjawab panti yang mesti menalangi. Dan itu sudah biasa kami alami. Ya mau bagaimana lagi, beginilah keadaannya,” ucap Jupriyanto sambil tersenyum.

Diakui dia, selama ini hal-hal yang masuk kategori urgent dan harus merogoh kocek pribadi jarang yang terkait dengan urusan makanan atau lauk pauk bagi 80 penghuni panti.

“Hal-hal mendesak itu seperti mendadak kehabisan pampers, kan harus beli. Nah, mau nggak mau ya kami harus menalangi dengan uang pribadi,” lanjut Jupriyanto dengan nada santai. 

Menurut dia, banyak aktivitas rutin yang diprogramkan bagi penghuni PSLU Tresna Werdha selama ini. Misalnya, bagi yang masih sehat dan kuat, setiap pagi mengikuti kegiatan senam. Sholat pun di masjid, dan membaca Al-Qur’an. 

“Bagi mereka yang sudah tidak bisa beraktivitas lagi, ya dirawat di ruangan. Mereka dibantu perawat untuk mengganti pampers, memakaikan baju, dan sebagainya. Namanya juga panti sosial untuk mereka-mereka yang sudah lanjut usia, tentu banyak dinamikanya,” ucap Jupriyanto seraya meyakini, ia dan pegawai UPTD PSLU Tresna Werdha lainnya mengurus puluhan warga binaan itu bukan sekadar menjalankan tugas yang diberikan pimpinan, tetapi juga bagian dari ibadah. (sugi)