Prov. Lampung|KBNI–News|Perlahan tapi pasti, persoalan yang melilit Universitas Lampung (Unila) semakin menggema. Bukan hanya dari pihak eksternal, tetapi kalangan mahasiswa pun sudah mulai bergolak.
Hal itu ditandai dengan adanya aksi mahasiswa yang dimotori Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Kamis (23/3/2024) lalu. Saat itu, puluhan mahasiswa menggeruduk kantor Rektorat Unila.
Apa yang membuat mahasiswa Unila bergolak? Mulai dari fasilitas yang tidak sebanding dengan besaran UKT yang dibayarkan hingga hibah tanah dari Pemprov Lampung di Kota Baru yang ditengarai merampas hak rakyat petani setempat.
Saat menggelar aksi demo, puluhan mahasiswa yang berasal dari FH, FKIP, FISIP, FT, dan FEB itu menggunakan pakaian serba hitam, yang menandakan bahwa Unila sedang tidak baik-baik saja.
Menanggapi aksi demo yang mengusung keresahan kalangan mahasiswa tersebut, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unila, Dr. Anna Gustina Zainal, SSos, MSi, menyambut baik apa yang dilakukan mahasiswa.
Mengapa? “Karena menjadi hak mahasiswa menyampaikan aspirasinya terkait apa yang dirasakan di lingkungan kampus,” kata dia, seraya menambahkan, pihak universitas akan memeriksa kembali dan menyelidiki karena aspirasi yang disampaikan mahasiswa meliputi delapan fakultas.
“Pimpinan akan mengecek kembali di setiap fakultas, agar titik terang dari permasalahan bisa ditemukan jalan keluarnya, dan akan dilakukan dalam rentang waktu yang secepat-cepatnya. Yang jelas, pihak pimpinan universitas tidak akan mengabaikan aspirasi dari mahasiswa,” ucap Anna Gustina Zainal.
Mengenai masalah hibah tanah dari Pemprov Lampung seluas 50 hektare di Kota Baru, Anna menjelaskan, Unila sebagai penerima pemberian dari pemerintah, akan mengecek kembali kondisi tanah tersebut.
“Kami pasti akan mengecek ke Pemprov Lampung mengenai hal ini dan tentu juga akan mempelajari kebenaran informasi dari masyarakat. Yang jelas, pihak Unila tidak akan menerima pemberian itu, apabila tanah tersebut merupakan hasil dari kesedihan petani yang ada di Kota Baru,” lanjutnya dengan nada serius.
Mengenai digelarnya aksi demo terkait pembayaran UKT ini, Ketua BEM Unila, Bani Syafi’i, menyatakan, persoalan UKT tersebut telah membuat mayoritas mahasiswa setempat resah, dikarenakan UKT yang tidak sebanding dengan faktor ekonomi yang sedang sulit-sulitnya.
Menurut dia, solusi dari hal ini adalah mengembalikan kepada pihak fakultas masing-masing.
Terkait tanggapan dari pihak Rektorat Unila yang diwakili Warek III, Bani mengaku sudah menjawab pertanyaan atas keresahan mahasiswa.
“Tapi yang perlu ditekankan adalah banyaknya intervensi dari dekanat agar tidak menyampaikan keresahan dari fakultas masing-masing,” kata Bani.
Ditambahkan, BEM Unila berharap, keresahan yang dirasakan mahasiswa ini dapat diselesaikan secepatnya serta menyelesaikan persoalan yang ada di masing-masing fakultas dengan transparan.
“Harapannya, pimpinan Unila menyelesaikan keresahan mahasiswa dari masing-masing fakultas ini secara solutif dan transparan. Karena kami pun merasa resah ketika nama baik Unila dihancurkan oleh pihak luar,” lanjut Bani. (sugi)