Mengingat Kematian untuk Perbaiki Kehidupan

Lampung, Indonesia|KBNINews|Semua makhluk hidup di dunia pasti akan menemui kematian. Pun kita semua selaku manusia.

Banyak hikayat mengisahkan, sesaat sebelum mati, kita akan merasakan jantung berhenti berdetak, nafas tertahan, dan badan bergetar. 

Merasakan hawa dingin ditelinga. Darah berubah menjadi asam dan tenggorokan berkontraksi.

Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan supply oksigen.

Dibawah ini uraian waktu setelah kematian yang dirangkum dari berbagai sumber:

1 Menit… 

Darah berubah warna dan otot kehilangan kontraksi, dan isi kantung kemih keluar tanpa izin.

3 Menit… 

Sel-sel otak tewas secara masal. Saat ini, otak benar-benar berhenti berpikir.

4 – 5 Menit… 

Pupil mata membesar dan berselaput. Bola mata mengkerut karena kehilangan tekanan darah.

7 – 9 Menit…

Penghubung ke otak mulai mati.

1 – 4 Jam… 

Rigor Mortis (fase di mana keseluruhan otot ditubuh menjadi kaku) membuat otot kaku dan rambut berdiri, kesannya rambut tetap tumbuh setelah mati.

4 – 5 Jam…

Rigor Mortis terus beraksi. Darah yang berkumpul lalu mati dan warna kulit menghitam.

6 Jam…

Otot masih berkontraksi, proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berjalan.

8 Jam…

Suhu tubuh langsung menurun drastis.

24 – 72 Jam… 

Isi perut membusuk oleh mikroba dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri.

36 – 48 Jam… 

Rigor Mortis berhenti, tubuh selentur penari balerina.

3 – 5 Hari…

Pembusukan mengakibatkan luka skala besar, darah menetes keluar dari mulut dan hidung.

8 – 10 Hari…

Warna tubuh berubah dari hijau ke merah, sejalan dengan membusuknya darah.

Beberapa Minggu…

Rambut, kuku, dan gigi dengan mudahnya terlepas.

Satu Bulan…

Kulit mulai mencair.

Satu Tahun…

Tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh. Kita yang sewaktu hidupnya cantik, gagah, ganteng, kaya, dan berkuasa, sekarang hanyalah tumpukan tulang-belulang yang menyedihkan. Jadi, apa yang disombongkan sebenarnya?

Sekaya, semewah, setinggi apa jabatan, kelak tiba masanya kita akan ditimbun tanah dan tidak sedikitpun bisa membawanya.Hanya amal ibadah sebagai bekal.

Siapapun kita, kelak nama kita sama: menjadi ”Almarhum”.

Kematian tidak dapat diduga dan tidak bisa dihindari kapan datangnya. Tidak pula bisa di tunda.

Pada hakekatnya, kita semua adalah Calon Jenazah.

“Kullu nafsin dzaaiqotul maut” (setiap yang bernyawa pasti mati). Begitu dalam Surah Ali Imran: Ayat 185.

Mengingat kematian pada hakekatnya untuk melakukan perbaikan. Menyadari kefanaan alam dunia sekaligus mempersiapkan bekal kehidupan berkelanggengan di masa depan.  (sugi)